Dari pengakuan MRS mereka tawuran untuk saling mengalahkan geng lain agar menjadi geng terkuat di Surabaya.
MRS, salah satu tersangka mengaku, geng yang memiliki anggota dari Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo ini telah berdiri sejak 2020.
Mereka punya misi, bahwa harus lebih unggul dan jadi nomor satu di antara gangster lainnya. Alhasil, aktivitas tawuran di malam hari kerap mereka lakukan.
“Melawan sama-sama gengnya. Kami dari Team WokWo sudah dibentuk 2 tahun dari tiga kota, Surabaya, Gresik dan Sidoarjo,” katanya, Rabu (26/10/2022).
Sementara informasi yang dihimpun, mereka memiliki kode etik, saat melakukan aksi tawuran. Siapa yang kalah, maka atribut berupa bendera atau senjata yang saat itu dibawa, akan dirampas oleh pihak pemenang.
Selain itu, mereka juga aktif memposting kemenangan mereka saat tawuran melalui sosial media seperti Facebook, Instagram dan TikTok serta diberi caption dengan kalimat yang provokatif. Hal ini diduga yang jadi latar belakang tawuran antar gangster di Surabaya, sebab kubu yang kalah merasa terhina hingga memicu dendam.
Sebelumnya diberitakan, Selain balas dendam karena kalah tawuran sebelumnya, para pelaku pembacokan di Jembatan Suroboyo mengaku tawuran karena gabut atau jenuh dan demi konten sosial media. Hal itu disampaikan langsung oleh MRS (18) salah satu pelaku yang kini mendekam di sel tahanan Polres Pelabuhan Tanjung Perak.
MRS (18 tahun), salah satu pelaku pembacokan mengaku kesal dan ingin balas dendam karena gengnya “Team Wokwok Kacaw” kalah tawuran dengan geng “Team Gukguk” beberapa waktu lalu. Ia membacok korban dengan senjata tajam jenis pedang yang dipakai musuhnya sebelum akhirnya dilempar. Namun, MRS juga mengaku saat itu sedang tidak ada aktivitas (gabut) dan demi mengisi konten sosial media instagram milik gengnya.
“Dari musuh tawuran sebelumnya. Bukan (merampas), disawatkan (dilempar). Iya (konten sosmed), juga (motifnya) gabut (jenuh) malam hari,” kata MRS pada awak media dengan nada menyesal. (ang/ted)
Sumber : beritajatim